Panggung 1 :
Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman
menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi ke kota. Dengan bangga,
ibunya menjawab, “Syukurlah, sekarang hidup Bejo sudah enak. Dia bekerja
sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi.”
Panggung
2 :
Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk. Seorang bos berdasi
menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, manajernya
menjawab, “Namanya Bejo pak ! Pegawai rendahan di bagian kebersihan. Sayang,
nasibnya tak sebaik namanya.” Aha ! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan.
Dari satu sudut pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya
cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang.
Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut “kemujuran” hidup,
maka pada saat uang sama ia memisah-misahkan orang ke dalam kelas-kelas yang
berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan
tinggi di hadapan jabatan rendah. Ketika Anda menghargai dan membebaskan diri
dari peringkat-peringkat “keberuntungan”, di saat itu Anda mampu mendengar
bisikan nurani.
Sumber:
E-Book Movitasi Net oleh Ir. Andi Muzaki, SH,MT.
No comments:
Post a Comment